Bagi tinjauan deskriptif soal apakah
afiks itu berasal dari bahasa asing atau berasal dari bahasa sendiri itu
tidak penting. Yang terpenting dalam pembicaraan ini adalah soal
produktivitas afiks-afiks itu. Berdasarkan produktivitasnya, afiks dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu afiks yang produktif dan afiks
yang improduktif.
Afiks yang produktif ialah afiks yang
hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata
atau morfem-morfem, seperti terlihat dari distribusinya. Sedangkan
afiks yang improduktif, yaitu afiks yang sudah usang, yang distribusinya
terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh afiks yang produktif pada waktu
ini, meskipun afiks itu berasal dari bahasa asing, yaitu –wan. Di
samping kata-kata lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan,
timbullah sekarang kata-kata baru, misalnya sejarawan, negarawan,
bahasawan, tatabahasawan, rohaniwan, sukarelawan, karyawan, usahawan,
dan masih banyak lagi. Demikian pula afiks per-an, misalnya
perkoprasian, perbankan, pertokoan, perkebunan, peranggrekan,
perdiselan, perlistrikan, perumahan, pergedungan, perkuliahan,
pertekstilan, perminyakan, dan sebagainya; afiks peN-an misalnya
pemikiran, penghijauan, pembangunan, pengembalian, pengawetan,
penyusunan, pengawasan, pengejawantahan, pengerahan, pentransmigrasian,
dan sebagainya; afiks ke-an, misalnya keadilan, kewargaan,
keberangkatan, kepergian, kemanusiaan, ketuaan, kedaerahan, dan masih
banyak lagi.
Contoh afiks yang improduktif misalnya
afiks –man, yang hanya terdapat pada kata budiman dan seniman,
afiks-afiks –el-, -er-, dan –em-, yang hanya terdapat pada kata gemetar,
geletar, gerigi, gerenyut, gemuruh, temali, seruling, afiks –da yang
hanya terdapat pada kata-kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan,
misalnya adinda, kakanda, ayahanda, nenenda, pamanda, dan ibunda.
0 comments:
Posting Komentar