Rabu, 18 April 2012

Afiks yang Produktif & Improduktif

Bagi tinjauan deskriptif soal apakah afiks itu berasal dari bahasa asing atau berasal dari bahasa sendiri itu tidak penting. Yang terpenting dalam pembicaraan ini adalah soal produktivitas afiks-afiks itu. Berdasarkan produktivitasnya, afiks dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu afiks yang produktif dan afiks yang improduktif.
Afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem, seperti terlihat dari distribusinya. Sedangkan afiks yang improduktif, yaitu afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh afiks yang produktif pada waktu ini, meskipun afiks itu berasal dari bahasa asing, yaitu –wan. Di samping kata-kata lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan, timbullah sekarang kata-kata baru, misalnya sejarawan, negarawan, bahasawan, tatabahasawan, rohaniwan, sukarelawan, karyawan, usahawan, dan masih banyak lagi. Demikian pula afiks per-an, misalnya perkoprasian, perbankan, pertokoan, perkebunan, peranggrekan, perdiselan, perlistrikan, perumahan, pergedungan, perkuliahan, pertekstilan, perminyakan, dan sebagainya; afiks peN-an misalnya pemikiran, penghijauan, pembangunan, pengembalian, pengawetan, penyusunan, pengawasan, pengejawantahan, pengerahan, pentransmigrasian, dan sebagainya; afiks ke-an, misalnya keadilan, kewargaan, keberangkatan, kepergian, kemanusiaan, ketuaan, kedaerahan, dan masih banyak lagi.
Contoh afiks yang improduktif misalnya afiks –man, yang hanya terdapat pada kata budiman dan seniman, afiks-afiks –el-, -er-, dan –em-, yang hanya terdapat pada kata gemetar, geletar, gerigi, gerenyut, gemuruh, temali, seruling, afiks –da yang hanya terdapat pada kata-kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan, misalnya adinda, kakanda, ayahanda, nenenda, pamanda, dan ibunda.

0 comments:

Posting Komentar